Wednesday, July 16, 2014

Rindu akan masa lalu tidak akan membuat baik masa depan kita nanti,
Ragu akan masa depan tidak akan membuat masa lalu kita menjadi baik ketika kamu merindukannya nanti,

Tidak usah kita singgung masa kini karena kita baru saja melewatkan satu detiknya,
Untuk rindu
Untuk ragu
Akan masa lalu

Dan tentang masa depan
Saya percaya bahwa waktu berjalan linier dan tidak akan bere-inkarnasi
Emosi yang kita puk-puk kemarin
Ragu yang kita bribik kini
Menjadi galau esok hari

Bukan kepastian, itu hanya sebuah skenario yang bisa kita tolak untuk kita jadikan drama hidup kita
Masihkah kita ingin lanjutkan drama yang sudah ketahuan endingnya:galau?
“Tentu saja tidak!” teriak mereka yang tidak memperhatikan tapi mendengarkan.

Jadi, 19 tahun heh?

Masih ingin galau?

Saturday, September 29, 2012



Jika karena sekedar bondho
Aku akan mengemis
Indonesia tak sejahat itu pada pengemis

Jika karena sekedar rupo
Aku akan berdandan
Cermin tak sejujur itu pada bayangan

Jika karena sekedar garwo
Aku akan merengek
Bapakku akan carikan biarpun jelek

Jika karena sekedar kuwoso
Aku akan berpolitik
Mendengar alam, membaca kalam, menulis siang-malam, menyuarakan ancam!
Biarpun munafik!

Tapi bukan sekedar itu, nyatane
Aku gelisah tidak tahu menahu, sebabe

Seakan buta melihat, matane
Mendadak bisu bicara, lambene
Tidak sadar tuli mendengar, kupinge
Hambar merngecap, ilate
Polos meraba, kulite


Aku mendadak cacat dan di pecat dari tempat kerabat
Sudah?
Belum

Tidak pernah bisa lagi aku menerima apa yang sedang aku terima
Menjadi bodoh!, utekke!
Tidak pernah bisa lagi aku merasa apa yang sedang aku rasa
Mati rasa!, manahe!

Galau kali ini aku tidak tahu spesifikasinya
Seakan setiap bayangan yang difokuskan pupil mata adalah galau
Seakan setiap phoneme yang digetarkan pita suara adalah galau
Seakan setiap gelombang berbagai frekuensi bunyi adalah galau
Seakan manis dan pahit berkonspirasi yang menjadi adalah galau
Seakan tekstur pada setiap perjamahan adalah galau
Pikiran dan Perasaan memperebutkan tahta kegalauan!
Berebut siapa yang paling galau sendiri karena indra bawahannya sudah tidak berfungsi!

Sebagai manusia aku telah mati
Tak ada lagi dari diriku ini yang bisa menyelamatkan aku sendiri,
Dari pertanyaan bagaiamana
Sampai tak dinyana,
Jawaban itu dari setan yang berkata:
inilah manusia yang diproyeksikan menjadi khalifah di bumi,
menjadi galau dengan dirinya sendiri,
membuat aku kehilangan obligasi
karena dia sudah mati biarpun dia belum mati
dia sudah mati sebelum seharusnya semuanya mati
tuhan salah kali ini

:Tuhan:




Friday, May 25, 2012

kemana yang mereka sebut candu manusia itu?



aku rindu religiusitas ku yang kemarin atau yang biasa esok aku harapkan?
aku berada pada rindu dia
rindu itu jahat jadi aku tidak bisa apa-apa
aku hanya merindu
rindu dia
dia tahu tidak sih aku mulai merindu nya
dia tahu tapi menunggu, kata leo
jadi kemana yang mereka sebut candu agama itu?
tidak kemana-mana cuma aku yang tidak sedang dimana-mana


guru
 
Barangsiapa mau menjadi guru,
biarkan dia memulai mengajar dirinya sendiri
sebelum mengajar orang lain,
dan biarkan dia mengajar dengan teladan sebelum mengajar dengan kata-kata.
Sebab mereka yang mengajar dirinya sendiri dengan membetulkan perbuatan-perbuatannya sendiri
lebih berhak atas penghormatan dan kemuliaan
daripada mereka yang hanya mengajar orang lain
dan membetulkan perbuatan-perbuatan orang lain.

kata selembar kertas seputih salju
 
Kata selembar kertas seputih salju,"Aku tercipta secara murni, karena itu aku akan tetap murni selamanya. Lebih baik aku dibakar dan kembali menjadi abu putih daripada menderita karena tersentuh kegelapan atau didekati oleh sesuatu yang kotor."
Tinta botol mendengar kata kertas itu. Ia tertawa dalam hatinya yang hitam, tapi tak berani mendekatinya. Pensil-pensil beraneka warna pun mendengarnya, dan mereka pun tak pernah mendekatinya. Dan selembar kertas yang seputih salju itu tetap suci dan murni selamanya -suci dan murni- dan kosong.

musim bunga
 
Bunga akan nampak indah
Ketika musim bunga bermula
Mencium pucuk-pucuk kecilnya
Namun kasih akan sentiasa
Nampak indah dari bunga
Karena ia terus tumbuh tanpa bantuan musim



Kahlil Gibran (1983-1931) adalah seorang penyair, penulis kebangsaan Lebanon. Dia adalah seseorang yang lahir dari keluarga Katholik, dan seorang pemeluk Katholik yang taat. Banyak orang yang mengira Gibran adalah seorang muslim karena unsur "ketimurtengahan" dari sosoknya. Ini bisa dijelaskan dengan alur hidupnya yang tidak terpisahkan dengan timur tengah.

Kahlil yang seorang Lebanon harus menuju Amerika pada usia 10 tahun karena alasan ekonomi dan politik yang kacau di tempat tinggalnya. Di Amerika, Kahlil mengalami culture shock yang membuatnya tidak betah berada di Amerika. Dan kemudian dia kembali untuk melanjutkan proses pendidikan di lingkungan timur tengah.

Namun, setelah selesai dia kembali menuju Amerika dan belajar tata bahasa Inggris. Kemudian dia mulai menuliskan karyanya dalam bahasa Inggris dan Arab. Ditengah momennya sebagai seorang penulis dan penyair, dia mengalami sebuah kehilangan hebat pada adiknya dan ibunya yang karena sakit. Dia dan satu-satunya adik perempuan mengalami perjuangan ditengah kondisi ekonomi yang timpang. Namun Kahlil Gibran tetep melanjutkan menulis dengan perubahan condong gaya dari tema mediteranistik menuju kebarat-baratan.

Sejalan dengan waktu, Kahlil Gibran dipandang kemudian mengalami perubahan orientasi dan cenderung pada westernisasi. Hal ini diperkuat dengan pendapat seorang novelis Prancis, Pierre Lotti yang menyatakan bahwa pandangan Gibran mengenai dunia timur telah meredup.

Gibran, sebelum kematiannya di Inggris, meninggalkan pesan, "Di dalam hatiku masih ada sedikit keinginan untuk membantu dunia Timur, karena ia telah banyak sekali membantuku."
hanya sebuah kantuk



aku tak lagi tertarik pada buih kesenangan
padanya aku biasa melarikan diri
dengan tubuh masih disini aku biasa
bisa melarikan diri
tapi sekarang beda memang hanya sekarang
sekarang ini sekarang begini
bukan berpikiran pendek tapi ini sekarang ini
memang aku peduli apa pada kata-kata ini?
dipakai jika hari berganti dan berganti
berharap jadi inspirasi, cih
aku saja sekarang ini seperti mati
tak lagi tertarik pada biasa aku dekati
tak lagi mengernyit akan retoris
“kemana bara api rokokku ini pergi? asap?
kemana asap yang berhembus itu pergi?”
aku tak tertarik sekarang ini
sekarang ini akan aku jawab
“ke tuhannya”
karena sekarang ini yang tidak biasanya kini
hanya sebuah kantuk

Ayah adalah yang mampu membentuk dimensi-dimensi pertama batin Anak. Dia yang mula-mula mengajari seni berpikir dan seni menjadi manusia. Begitu Ibu menyapih anak, Ayah memberikan kepada Anak cita, kemerdekan, mobilitas, kesucian, ketekunan, keikhlasan serta kebebasan batin. Dia yang memperkenalkan Anak kepada sahabatnya yang mana adalah buku—buku yang kemudian menjadi sahabat-sahabat Anak yang tetap dan karib sejak tahun-tahun permulaan sekolah. Anak tumbuh dewasa dalam perpustakaan Ayah, yang merupakan keseluruhan hidup Ayah dan keluarga. Banyak hal yang sebetulnya baru akan Anak pelajari kelak bila Anak tumbuh dewasa, melalui rangkaian pengalaman yang panjang serta harus Anak bayar dengan usaha dan perjuangan yang lama, tetapi Ayah telah menurunkan kepada Anak sejak masa kanak-kanak dan remaja Anak secara mudah dan spontan. Anak dapat mengingat kembali setiap buku Ayah, bahkan bentuk sampulnya. Teramatlah cinta Anak akan ruang yang baik dan suci itu, bagi Anak itu merupakan sari masa lampau yang manis, indah, tetapi jauh.

*terinsirasi dari ucapan seorang sastrawan dan intelektual Iran, Ali Syari'ati 

Ali Syariati (1933-1977)

Tuesday, May 22, 2012



Jadi begini, kita ambil contoh dunia ini. Secara materi sisi atas kita dibatasi oleh apa yang kita sebut sebagai langit. Banyak kisah dan ide berasal dari ia (langit). Kemudian sisi bawah kita akan kita temui tanah, darimana kehidupan berasal. Kita makan dan hidup darinya, secara harfiah tentunya. Dan diantaranya, ada manusia dan masih ada manusia.

Sampai disini kita masih membicarakan manusia dan serasa tidak akan pernah habis untuk membicarakannya. Ada banyak cerita yang terkandung, berasal, dibuat, dan dijalani oleh manusia. Dari sekian kemungkinan tersebut, saya tertarik akan bagaimana manusia berpikir akan hal itu. Tidak banyak manusia yang mengandung, berasal, berbuat, dan menjalani dan kemudian berpikir. Tapi saya harus yakin bahwa berpikir tidaknya manusia, mereka pasti punya persepsi akan semua hal yang sudah tersebut sebelumnya.

Kita harus sangat setuju bahwa persepsi tiap manusia berbeda-beda, saya tahu itu, kita tahu itu. Jumlah persepsi, sederhannya, sebanyak dengan jumlah manusia itu sendiri, termasuk saya. Hal ini menjadikan persepsi sebagai sebuah hal yang sangat pribadi dan memiliki kedudukan yang, bisa disebut, dikuasai oleh manusia pemiliknya. 

Disini saya tidak akan berusaha membatasi persepsi saya atau persepsi anda. Membatasi kehendak persepsi manusia, sama juga dengan mencopot gelar manusia itu sendiri.

Jadi, apa-apa yang mungkin saya tulis dan kemukakan disini, adalah sebagian dari persepsi saya tentang dunia, sebagai manusia. 

Jika anda beruntung, berpersepsilah :)

background